Pertama kali menginjakkan kakiku di SMA N 2 Bojonegoro, ada rasa senang dan bangga di hatiku. Tak kukira aku dapat memasuki salah satu sekolah favorit di Bojonegoro. Namun ada rasa sedih karena aku harus berpisah dengan teman – teman SMP. Walaupun temanku SMP yang masuk ke SMA 2 hanya 4 anak tapi aku tetap pede aja.
Pada saat pendaftaran aku bertemu dengan seorang yang wajahnya maupun namanya sudah tak asing lagi bagiku. Dia adalah Vallen ( XI Bahasa ). Aku kenal dia saat kami sama – sama mengikuti les tari. Padahal kejadian itu sudah lama sekali ( saat kami masih SD ). Selain itu, teman – teman SMP ku sering bercerita tentangnya. Jadilah teman pertama yang aku kenal adalah Vallen.
Teman kedua yang aku kenal adalah Syakira, yang tanpa sengaja kami bertemu di loket pembayaran uang daftar ulang. Saat itu ia bersama mamanya, sedangkan aku sendirian. Masih teringat ketika pertama kali aku mengajaknya berkenalan. Dia berbicara dengan agak malu – malu. Pada saat itu tak terbesit sekalipun kalau aku dan dia akan menjadi teman sekelas sampai sekarang kelas XI.
Pada saat saat Pra-MOS, aku agak canggung untuk masuk ke kelas, karena saat aku tengok ke dalam, anak – anaknya kok kelihatannya aneh – aneh dan sombong – sombong. Dalam hati aku menggumam, “ Ya Allah, inikah kelasku? Inikah teman – temanku? Mengapa mereka berbeda dengan teman – temanku SMP. Tapi tak lama setelah itu, aku teringat perkataan ibuku yang mengatakan, “ ora usah isin nduk, lek seumpama konco – koncomu sombong, awakmu gak usah melok – melok sombong. Sopo ndisik, ngko lak sui – sui akrab – akrab dewe “. Akhirnya dengan percaya diri aku memasuki kelas itu. Kelas yang akan menjadi tempatku menuntut ilmu selama setahun ini.
Saat itu aku bersama Vallen duduk di tempat terdepan dari kiri no.2. Masih teringat dalam ingatanku bagaimana kak Ina dan kak Laksana menyampaikan tata tertib MOS, perlengkapan yang harus di bawa saat MOS, dan lain sebagainya. Perlengkapan MOS yng begitu ruwetnya membuat aku tambah bersemangat untuk segera menjalankan MOS.
Akhirnya hari yang kutunggu – tunggu dating juga. Aku mengikuti MOS dengan senang hati, walaupun pada hari itu ada kejadian buruk yang menimpa teman baruku “Vallen”. Dia mengalami kecelakaan saat akan berangkat MOS. Tentunya aku bingung, aku duduk dengan siapa. Apalagi saat aku berangkat tempat yang tersedia sudah habis. Untungnya ada seorang yang baik hati mengajakku untuk duduk dengannya. Restu namanya ( XI Bahasa ), yang akhirnya menjadi teman sebangkuku dan menjalani suka duka menjadi murid kelas X bersama – sama. Selain itu kebetulan juga kami berasal dari daerah yang sama, Dander. Sehingga kami kalu ngobrol ya agak – agak nyambung. 3 hari kami mengikuti MOS, aku sudah berpikir kalau kelasku akan menjadi kelas yang kompak. Terlihat saat kami mengikuti outbond yang dilaksanakan beberapa hari setelah MOS. Kelasku keluar sebagai juara kelas tersemrawut.Ha..ha..ha.. menggelikan sekali.
Setelah beberapa bulan aku berada di kelas X.3 aku merasa sudah sangat cocok. Kamipun melewati masa – masa kelas X bersama – sama. Kami sering mengadakan touring ke berbagai tempat. Selain itu kami sering menjahili seseorang ( maaf tidak bisa disebutkan namanya karena ini privasi teman – teman paztel.com ). Pada saat beliau menuju kelas kami, kami langsung tancap gigi nyanyi – nyanyi dengan sangat keras. Kemudian ketika beliau sampai di depan pintu kelas, kami semua baru diam. Beliau bertanya “ saya tadi kok dengar ada rame – rame dari kelas X.3 , ada acara apa ya?”. Salah satu teman saya ( kalau tidak salah Tika ) menyahut, “ Latihan paduan suara bu… nanti malam mau manggung…” Sahutan itu disambut oleh gelak tawa oleh teman – teman sekelas. Jelas sekali terlihat beliau marah. Tapi teman – teman paztel tetap saja tertawa. Di lain waktu, pernah juga kami dengan sengaja menaru botol cling (pembersih kaca) di meja guru, menjajar kunci sepada motor di tembok belakang, dan menyembunyikan denah, journal dan taplak meja, hanya untuk memancing emosi beliau. Kami menyadari kalau perbuatan itu tidak baik, tapi gimana lagi, teman – teman mengajaknya. Aku sih cuma ikut – ikutan aja. Nanti kalau ada masalah, aku gak ikut- ikutan. Ha….ha..ha…
Pernah juga, Bagas (XI IA1) sang ketua kelas berkeliling kelas sambil membawa tas kresek yang besar. Awal mulanya saya bingung, “ Bagas ki pe mek opo to?”. Ternyata dia mau mengumpulkan sampah – sampah yang ada di laci meja teman – teman. Jelas saja hal ini memicu gelak tawa seluruh penghuni kelas. Namun, beliau malah diam saja, dan mungkin hampir menangis. Waduh aku kasihan banget saat itu. Memang anak – anak ini keterlaluan. Selain itu pernah juga, Bagas menjelma menjadi anak yang culun. Langsung teman – teman tertawa terbahak – bahak tanpa berhenti meliat aksi Bagas. Memang Bagas itu ketua kelas yang aneh. Sampai sekarang aku masih pengen ketawa kalau teringat kejadian itu.
Senangnya pada waktu aku merayakan ulang tahunku yang ke 16 bersama teman – teman. Walaupun hanya pesta kecil – kecilan, tapi aku bahagia dapat merayakan hari yang paling bersejarah dalam hidupku bersama teman – teman terbaikku.
Teman – taman paztel, aku sangat merindukan kalian. Kapan lagi kita bisa bersama – sama lagi? Kapan kita bisa makan pentol bareng setiap selesai pelajaran kimia? Masihkah kalian ingat saat kita bersama – sama makan mangga yang sangat asam ditaburi royco yang aku bawa? Masihkah kalian ingat saat kita mengundur – undur waktu pelajaran kimia, dan kita ganti dengan acara makan – makan melon bareng – bareng?
Buat teman – teman kelompok 2 dan 4 pelajaran kesenian, masih ingatkah kalian saat kita menunggu jam latihan teater, dan karena kita sudah sama – sama lapar, akhirnya kita sepakat untuk beli nasi kucing dan memakannya bersama – sama. Tapi tak lama kemudian, teman kita yang baik hati membawakan nasi pecel untuk kita “Irly (XI IA2), dan kita memakannya lagi. Aku kangen saat – saat bersamam kalian. Aku kangen
Kini aku tak pernah lagi mendengar suara peluit Adi (XI IS1) yang mungkin terobsesi menjadi tukang parkir. Tak ada lagi terdengar kata – kata “ jangan dimarahi bu, kasihan rumahnya jauh” kata – kata tersebut selalu di ucapkan kalau ada salah satu teman kami yang sedang di marahi oleh guru. Tak ada lagi sahut – sahutan tentang Isa dan Yusli. Tak ada lagi suara ejek – ejekan, biasanya sih sasaran empuknya itu Qo’id ( XI IA3) hahahaha…… . dan tak ada lagi Dinal (XI IS2) yang selalu ngeles kalau ditanya tentang PR. Pernah dia belum menyelesaikan PR pidatonya, dan kemudian dia membaca pidatonya tersebut dengan sedikit ngawur – ngawur.
Ya Allah…. Aku bersyukur telah engkau beri kesempatan bertemu dengan teman – temman yang sangat baik. Teman – teman yang sudah membuat hari – hariku di kelas X menjadi hari – hari yang menyenangkan dan sangat berarti.
Sedih rasanya kalau harus berpisah. Namun hal itu harus terjadi. Kami harus berpisah kelas. Semoga kelas baruku dapat membuat hidupku selama di SMA menjadi berarti. Thanks to temen-temen PAZTEL.COM. kalian sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupku
Minggu, 13 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Minggu, 13 September 2009
SEPENGGAL KISAH MANISKU BERSAMA TEMAN - TEMAN PAZTEL.COM
Pertama kali menginjakkan kakiku di SMA N 2 Bojonegoro, ada rasa senang dan bangga di hatiku. Tak kukira aku dapat memasuki salah satu sekolah favorit di Bojonegoro. Namun ada rasa sedih karena aku harus berpisah dengan teman – teman SMP. Walaupun temanku SMP yang masuk ke SMA 2 hanya 4 anak tapi aku tetap pede aja.
Pada saat pendaftaran aku bertemu dengan seorang yang wajahnya maupun namanya sudah tak asing lagi bagiku. Dia adalah Vallen ( XI Bahasa ). Aku kenal dia saat kami sama – sama mengikuti les tari. Padahal kejadian itu sudah lama sekali ( saat kami masih SD ). Selain itu, teman – teman SMP ku sering bercerita tentangnya. Jadilah teman pertama yang aku kenal adalah Vallen.
Teman kedua yang aku kenal adalah Syakira, yang tanpa sengaja kami bertemu di loket pembayaran uang daftar ulang. Saat itu ia bersama mamanya, sedangkan aku sendirian. Masih teringat ketika pertama kali aku mengajaknya berkenalan. Dia berbicara dengan agak malu – malu. Pada saat itu tak terbesit sekalipun kalau aku dan dia akan menjadi teman sekelas sampai sekarang kelas XI.
Pada saat saat Pra-MOS, aku agak canggung untuk masuk ke kelas, karena saat aku tengok ke dalam, anak – anaknya kok kelihatannya aneh – aneh dan sombong – sombong. Dalam hati aku menggumam, “ Ya Allah, inikah kelasku? Inikah teman – temanku? Mengapa mereka berbeda dengan teman – temanku SMP. Tapi tak lama setelah itu, aku teringat perkataan ibuku yang mengatakan, “ ora usah isin nduk, lek seumpama konco – koncomu sombong, awakmu gak usah melok – melok sombong. Sopo ndisik, ngko lak sui – sui akrab – akrab dewe “. Akhirnya dengan percaya diri aku memasuki kelas itu. Kelas yang akan menjadi tempatku menuntut ilmu selama setahun ini.
Saat itu aku bersama Vallen duduk di tempat terdepan dari kiri no.2. Masih teringat dalam ingatanku bagaimana kak Ina dan kak Laksana menyampaikan tata tertib MOS, perlengkapan yang harus di bawa saat MOS, dan lain sebagainya. Perlengkapan MOS yng begitu ruwetnya membuat aku tambah bersemangat untuk segera menjalankan MOS.
Akhirnya hari yang kutunggu – tunggu dating juga. Aku mengikuti MOS dengan senang hati, walaupun pada hari itu ada kejadian buruk yang menimpa teman baruku “Vallen”. Dia mengalami kecelakaan saat akan berangkat MOS. Tentunya aku bingung, aku duduk dengan siapa. Apalagi saat aku berangkat tempat yang tersedia sudah habis. Untungnya ada seorang yang baik hati mengajakku untuk duduk dengannya. Restu namanya ( XI Bahasa ), yang akhirnya menjadi teman sebangkuku dan menjalani suka duka menjadi murid kelas X bersama – sama. Selain itu kebetulan juga kami berasal dari daerah yang sama, Dander. Sehingga kami kalu ngobrol ya agak – agak nyambung. 3 hari kami mengikuti MOS, aku sudah berpikir kalau kelasku akan menjadi kelas yang kompak. Terlihat saat kami mengikuti outbond yang dilaksanakan beberapa hari setelah MOS. Kelasku keluar sebagai juara kelas tersemrawut.Ha..ha..ha.. menggelikan sekali.
Setelah beberapa bulan aku berada di kelas X.3 aku merasa sudah sangat cocok. Kamipun melewati masa – masa kelas X bersama – sama. Kami sering mengadakan touring ke berbagai tempat. Selain itu kami sering menjahili seseorang ( maaf tidak bisa disebutkan namanya karena ini privasi teman – teman paztel.com ). Pada saat beliau menuju kelas kami, kami langsung tancap gigi nyanyi – nyanyi dengan sangat keras. Kemudian ketika beliau sampai di depan pintu kelas, kami semua baru diam. Beliau bertanya “ saya tadi kok dengar ada rame – rame dari kelas X.3 , ada acara apa ya?”. Salah satu teman saya ( kalau tidak salah Tika ) menyahut, “ Latihan paduan suara bu… nanti malam mau manggung…” Sahutan itu disambut oleh gelak tawa oleh teman – teman sekelas. Jelas sekali terlihat beliau marah. Tapi teman – teman paztel tetap saja tertawa. Di lain waktu, pernah juga kami dengan sengaja menaru botol cling (pembersih kaca) di meja guru, menjajar kunci sepada motor di tembok belakang, dan menyembunyikan denah, journal dan taplak meja, hanya untuk memancing emosi beliau. Kami menyadari kalau perbuatan itu tidak baik, tapi gimana lagi, teman – teman mengajaknya. Aku sih cuma ikut – ikutan aja. Nanti kalau ada masalah, aku gak ikut- ikutan. Ha….ha..ha…
Pernah juga, Bagas (XI IA1) sang ketua kelas berkeliling kelas sambil membawa tas kresek yang besar. Awal mulanya saya bingung, “ Bagas ki pe mek opo to?”. Ternyata dia mau mengumpulkan sampah – sampah yang ada di laci meja teman – teman. Jelas saja hal ini memicu gelak tawa seluruh penghuni kelas. Namun, beliau malah diam saja, dan mungkin hampir menangis. Waduh aku kasihan banget saat itu. Memang anak – anak ini keterlaluan. Selain itu pernah juga, Bagas menjelma menjadi anak yang culun. Langsung teman – teman tertawa terbahak – bahak tanpa berhenti meliat aksi Bagas. Memang Bagas itu ketua kelas yang aneh. Sampai sekarang aku masih pengen ketawa kalau teringat kejadian itu.
Senangnya pada waktu aku merayakan ulang tahunku yang ke 16 bersama teman – teman. Walaupun hanya pesta kecil – kecilan, tapi aku bahagia dapat merayakan hari yang paling bersejarah dalam hidupku bersama teman – teman terbaikku.
Teman – taman paztel, aku sangat merindukan kalian. Kapan lagi kita bisa bersama – sama lagi? Kapan kita bisa makan pentol bareng setiap selesai pelajaran kimia? Masihkah kalian ingat saat kita bersama – sama makan mangga yang sangat asam ditaburi royco yang aku bawa? Masihkah kalian ingat saat kita mengundur – undur waktu pelajaran kimia, dan kita ganti dengan acara makan – makan melon bareng – bareng?
Buat teman – teman kelompok 2 dan 4 pelajaran kesenian, masih ingatkah kalian saat kita menunggu jam latihan teater, dan karena kita sudah sama – sama lapar, akhirnya kita sepakat untuk beli nasi kucing dan memakannya bersama – sama. Tapi tak lama kemudian, teman kita yang baik hati membawakan nasi pecel untuk kita “Irly (XI IA2), dan kita memakannya lagi. Aku kangen saat – saat bersamam kalian. Aku kangen
Kini aku tak pernah lagi mendengar suara peluit Adi (XI IS1) yang mungkin terobsesi menjadi tukang parkir. Tak ada lagi terdengar kata – kata “ jangan dimarahi bu, kasihan rumahnya jauh” kata – kata tersebut selalu di ucapkan kalau ada salah satu teman kami yang sedang di marahi oleh guru. Tak ada lagi sahut – sahutan tentang Isa dan Yusli. Tak ada lagi suara ejek – ejekan, biasanya sih sasaran empuknya itu Qo’id ( XI IA3) hahahaha…… . dan tak ada lagi Dinal (XI IS2) yang selalu ngeles kalau ditanya tentang PR. Pernah dia belum menyelesaikan PR pidatonya, dan kemudian dia membaca pidatonya tersebut dengan sedikit ngawur – ngawur.
Ya Allah…. Aku bersyukur telah engkau beri kesempatan bertemu dengan teman – temman yang sangat baik. Teman – teman yang sudah membuat hari – hariku di kelas X menjadi hari – hari yang menyenangkan dan sangat berarti.
Sedih rasanya kalau harus berpisah. Namun hal itu harus terjadi. Kami harus berpisah kelas. Semoga kelas baruku dapat membuat hidupku selama di SMA menjadi berarti. Thanks to temen-temen PAZTEL.COM. kalian sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupku
Pada saat pendaftaran aku bertemu dengan seorang yang wajahnya maupun namanya sudah tak asing lagi bagiku. Dia adalah Vallen ( XI Bahasa ). Aku kenal dia saat kami sama – sama mengikuti les tari. Padahal kejadian itu sudah lama sekali ( saat kami masih SD ). Selain itu, teman – teman SMP ku sering bercerita tentangnya. Jadilah teman pertama yang aku kenal adalah Vallen.
Teman kedua yang aku kenal adalah Syakira, yang tanpa sengaja kami bertemu di loket pembayaran uang daftar ulang. Saat itu ia bersama mamanya, sedangkan aku sendirian. Masih teringat ketika pertama kali aku mengajaknya berkenalan. Dia berbicara dengan agak malu – malu. Pada saat itu tak terbesit sekalipun kalau aku dan dia akan menjadi teman sekelas sampai sekarang kelas XI.
Pada saat saat Pra-MOS, aku agak canggung untuk masuk ke kelas, karena saat aku tengok ke dalam, anak – anaknya kok kelihatannya aneh – aneh dan sombong – sombong. Dalam hati aku menggumam, “ Ya Allah, inikah kelasku? Inikah teman – temanku? Mengapa mereka berbeda dengan teman – temanku SMP. Tapi tak lama setelah itu, aku teringat perkataan ibuku yang mengatakan, “ ora usah isin nduk, lek seumpama konco – koncomu sombong, awakmu gak usah melok – melok sombong. Sopo ndisik, ngko lak sui – sui akrab – akrab dewe “. Akhirnya dengan percaya diri aku memasuki kelas itu. Kelas yang akan menjadi tempatku menuntut ilmu selama setahun ini.
Saat itu aku bersama Vallen duduk di tempat terdepan dari kiri no.2. Masih teringat dalam ingatanku bagaimana kak Ina dan kak Laksana menyampaikan tata tertib MOS, perlengkapan yang harus di bawa saat MOS, dan lain sebagainya. Perlengkapan MOS yng begitu ruwetnya membuat aku tambah bersemangat untuk segera menjalankan MOS.
Akhirnya hari yang kutunggu – tunggu dating juga. Aku mengikuti MOS dengan senang hati, walaupun pada hari itu ada kejadian buruk yang menimpa teman baruku “Vallen”. Dia mengalami kecelakaan saat akan berangkat MOS. Tentunya aku bingung, aku duduk dengan siapa. Apalagi saat aku berangkat tempat yang tersedia sudah habis. Untungnya ada seorang yang baik hati mengajakku untuk duduk dengannya. Restu namanya ( XI Bahasa ), yang akhirnya menjadi teman sebangkuku dan menjalani suka duka menjadi murid kelas X bersama – sama. Selain itu kebetulan juga kami berasal dari daerah yang sama, Dander. Sehingga kami kalu ngobrol ya agak – agak nyambung. 3 hari kami mengikuti MOS, aku sudah berpikir kalau kelasku akan menjadi kelas yang kompak. Terlihat saat kami mengikuti outbond yang dilaksanakan beberapa hari setelah MOS. Kelasku keluar sebagai juara kelas tersemrawut.Ha..ha..ha.. menggelikan sekali.
Setelah beberapa bulan aku berada di kelas X.3 aku merasa sudah sangat cocok. Kamipun melewati masa – masa kelas X bersama – sama. Kami sering mengadakan touring ke berbagai tempat. Selain itu kami sering menjahili seseorang ( maaf tidak bisa disebutkan namanya karena ini privasi teman – teman paztel.com ). Pada saat beliau menuju kelas kami, kami langsung tancap gigi nyanyi – nyanyi dengan sangat keras. Kemudian ketika beliau sampai di depan pintu kelas, kami semua baru diam. Beliau bertanya “ saya tadi kok dengar ada rame – rame dari kelas X.3 , ada acara apa ya?”. Salah satu teman saya ( kalau tidak salah Tika ) menyahut, “ Latihan paduan suara bu… nanti malam mau manggung…” Sahutan itu disambut oleh gelak tawa oleh teman – teman sekelas. Jelas sekali terlihat beliau marah. Tapi teman – teman paztel tetap saja tertawa. Di lain waktu, pernah juga kami dengan sengaja menaru botol cling (pembersih kaca) di meja guru, menjajar kunci sepada motor di tembok belakang, dan menyembunyikan denah, journal dan taplak meja, hanya untuk memancing emosi beliau. Kami menyadari kalau perbuatan itu tidak baik, tapi gimana lagi, teman – teman mengajaknya. Aku sih cuma ikut – ikutan aja. Nanti kalau ada masalah, aku gak ikut- ikutan. Ha….ha..ha…
Pernah juga, Bagas (XI IA1) sang ketua kelas berkeliling kelas sambil membawa tas kresek yang besar. Awal mulanya saya bingung, “ Bagas ki pe mek opo to?”. Ternyata dia mau mengumpulkan sampah – sampah yang ada di laci meja teman – teman. Jelas saja hal ini memicu gelak tawa seluruh penghuni kelas. Namun, beliau malah diam saja, dan mungkin hampir menangis. Waduh aku kasihan banget saat itu. Memang anak – anak ini keterlaluan. Selain itu pernah juga, Bagas menjelma menjadi anak yang culun. Langsung teman – teman tertawa terbahak – bahak tanpa berhenti meliat aksi Bagas. Memang Bagas itu ketua kelas yang aneh. Sampai sekarang aku masih pengen ketawa kalau teringat kejadian itu.
Senangnya pada waktu aku merayakan ulang tahunku yang ke 16 bersama teman – teman. Walaupun hanya pesta kecil – kecilan, tapi aku bahagia dapat merayakan hari yang paling bersejarah dalam hidupku bersama teman – teman terbaikku.
Teman – taman paztel, aku sangat merindukan kalian. Kapan lagi kita bisa bersama – sama lagi? Kapan kita bisa makan pentol bareng setiap selesai pelajaran kimia? Masihkah kalian ingat saat kita bersama – sama makan mangga yang sangat asam ditaburi royco yang aku bawa? Masihkah kalian ingat saat kita mengundur – undur waktu pelajaran kimia, dan kita ganti dengan acara makan – makan melon bareng – bareng?
Buat teman – teman kelompok 2 dan 4 pelajaran kesenian, masih ingatkah kalian saat kita menunggu jam latihan teater, dan karena kita sudah sama – sama lapar, akhirnya kita sepakat untuk beli nasi kucing dan memakannya bersama – sama. Tapi tak lama kemudian, teman kita yang baik hati membawakan nasi pecel untuk kita “Irly (XI IA2), dan kita memakannya lagi. Aku kangen saat – saat bersamam kalian. Aku kangen
Kini aku tak pernah lagi mendengar suara peluit Adi (XI IS1) yang mungkin terobsesi menjadi tukang parkir. Tak ada lagi terdengar kata – kata “ jangan dimarahi bu, kasihan rumahnya jauh” kata – kata tersebut selalu di ucapkan kalau ada salah satu teman kami yang sedang di marahi oleh guru. Tak ada lagi sahut – sahutan tentang Isa dan Yusli. Tak ada lagi suara ejek – ejekan, biasanya sih sasaran empuknya itu Qo’id ( XI IA3) hahahaha…… . dan tak ada lagi Dinal (XI IS2) yang selalu ngeles kalau ditanya tentang PR. Pernah dia belum menyelesaikan PR pidatonya, dan kemudian dia membaca pidatonya tersebut dengan sedikit ngawur – ngawur.
Ya Allah…. Aku bersyukur telah engkau beri kesempatan bertemu dengan teman – temman yang sangat baik. Teman – teman yang sudah membuat hari – hariku di kelas X menjadi hari – hari yang menyenangkan dan sangat berarti.
Sedih rasanya kalau harus berpisah. Namun hal itu harus terjadi. Kami harus berpisah kelas. Semoga kelas baruku dapat membuat hidupku selama di SMA menjadi berarti. Thanks to temen-temen PAZTEL.COM. kalian sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar on "SEPENGGAL KISAH MANISKU BERSAMA TEMAN - TEMAN PAZTEL.COM"
Posting Komentar